Prinsip Pengembangan
Desain Instruksional
Melalui pembacaan,
pengkajian (individu dan atau kelompok), dan pemahaman materi Subunit 2 ini,
diharapkan memiliki :
1. Pengetahuan
dan pemahaman mengenai prinsip pengembangan desain instruksional, dan
2. Kemampuan
mengaplikasikannya dalam melaksanakan tugas sebagai seorang guru.
Untuk
memperoleh kompetensi tersebut, dalam subunit 2 ini berturut-turut akan
dipaparkan mengenai:
1. Pengertian
desain instrukisonal;
2. Prinsip-prinsip
desain instrukisonal; dan
3. Model
pengembangan dasain intrukisonal.
Desain artinya rancangan atau
rencana. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia/KBBI (2002: 257) dinyatakan bahwa
desain adalah kerangka kegiatan atau rancangan. Adapun yang dimaksud dengan
instruksional adalah pengajaran atau pembelajaran. Kedua istilah tersebut
sama-sama digunakan orang untuk maksud yang sama. Padahal sebenarnya dua
istilah tersebut mempunyai filosofi yang berbeda. Dalam KBBI (2002 : 17)
dibedakan, pembelajaran adalah proses, cara, pembuatan menjadikan orang
belajar, sedangkan pengajaran adalah proses, cara, pembuatan pengajar dan
mengajarkan. Gagne dan Briggs (1978:19) mengemukakan pengertian intruksional
adalah cara yang dipakai pengajar, ahli kurikulum, prancing bahan, dan
lain-lain yang bertujuan untuk mengembangkan rencana yang terorganisasikan guna
keperluan belajar, merumuskan system instruksional sebagai kombinasiyang unik
dan pengaturan unsure-unsur dalam proses instruksional yang dirancang untuk
suatu tujuan yang disepakati bersama, guna memecahkan masalah belajar.
Menurut Semi (1990) bahwa
pengembangan instruksional adalah cara sistematis dalam mengidentifikasi dan
mengembangkan tujuan, materi, strategi belajar-mengajar, alat bantu pengajaran,
dan evaluasi, yang diarahkan untuk mencapai tujuan. Secara garis besar dapat
dipandang sebagai teknik pengelolaan dalam mencari pemecahanmasalah pendidikan
atau mengoptimalkan sumber daya dan sumber tenaga yang ada untuk memperbaiki
mutu pendidikan.
Kaufman (1972) mengatakan,
“perencanaan adalah suatu proyeksi tentang apa yang diperlukan dalam rangka
mencapai tujuan yang maksimal, di dalamnya mencakup elemen-elemen:
a. Mengidentifikasikan
dan mendokumentasikan kebutuhan.
b. Menentukan
kebutuhan-kebutuhan yang perlu di prioritaskan.
c. Spesifikasi
hasil yang dicapai dari tiap kebutuhan yang diproritaskan.
d. Identifikasi
persyaratan untuk mencapai tiap-tiap pilihan.
e. Sekuensi
hasil yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan.
f. Identifikasi
strategi alternative yang mungkin dan alat atau tools untuk melengkapi tiap
persyaratan dalam mencapai tiap kebutuhan, termasuk di dalamnya merinci
keuntungan kerugian tiap strategi dan alat yang dipakai.
Dengan demikian, perencanaan dengan
penentuan apa yang akan dilakukan. Perencanaan mendahului pelkasanaan.
Mengingat perencanaan merupakan suatu proses untuk menentukan kemana harus
pergi dan mengindentifikasikan persyaratan yang diperlukan dengan cara paling
baik, dalam arti yang mempunyai efektivitas dan efesiensi yang paling tinggi
perlu dilakukan. Alternative yang dipilih harus diperinci sehingga dapat
menjadi pedoman dalam pengambilan keputusan apabila akan dilaksanakan. Sebagai
guru, dituntut untuk dapat memilih dan menentukan pilihan yang terbaik.
Berdasarkan uraian dan penjelasan
para ahli tersebut diatas, disimpulkan bahwa istilah desain instruksional
pembelajaran Bahasa Indonesia sama dengan pengembangan/perancangan pembelajaran
Bahasa Indonesia. Desain intruksional pembelajaran Bahasa Indonesia adalah
suatu rancangan/perencanaan pembelajaran Bahasa Indonesia yang dibuat oleh pengajar/perancang
berdasarkan analisis kebutuhan, tujuan yang ingin dicapai, yang disusun secara
sistematis untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Prinsip-Prinsip Desain
Instruksional
Menurut Depdiknas (2006),
penyusunan dan pengembangan desain instruksional harus memperhatikan beberapa
prinsip berikut, yaitu:
a. Relevan
Cakupan,
kedalaman, tingkat keuskaran dan urutan penyajian materi harus sesuai dengan
tingkat perkembangan fisik, intelektual, social, emosianal, dan spiritual
peserta didik.
b. Ilmiah
Keseluruhan
materi dan kegiatan harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara
keilmuan.
c. Sistematis
Komponen-komponen
saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
d. Konsisten
Adanya
hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indicator,
materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar dan system
penilaian.
e. Memadai
Cakupan
indicator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar,
dan system penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
f. Aktual
dan konteksional
Cakupan
indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar,
dan system penilaian memerhatikan perkembangan ilmu, tekhnologi, dan seni
mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
g. Fleksibel
Keseluruhan
komponennya dapat mengkomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta
dinamika perubahan yang terjadi disekolah dan tuntutan masyarakat.
h. Menyeluruh
Komponen
silabus mencakuo keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).
i.
Isi perencanaan
Dimensi
terakhir adalah hal-hal yang akan direncanakan. Perencanaan pengajaran baik
yang perlu memuat:
1. Tujuan
atau apa yang diinginkan sebagai hasil proses pendidikan.
2. Program
dan layanan, atau bagaimana cara mengorganisasi aktivitas belajar dan
layanan-layanan pendukungnya.
3. Tenaga
manusia, yakni mencakup cara-cara mengembangkan prestasi, spesialisasi,
perilaku, kompetisi, kemampuan kepuasan mereka.
4. Banguna
fisik mencakup cara-cara penggunaan pola distribusi dan kaitannya dengan
bangunan psikis lainnya.
5. Keuangan,
meliputi rencana pengeluaran dan rencana penerimaan.
6. Struktur
organisasi, maksudnya bagaimana cara mengorganisasi dan mengatur operasi dan
pengawasan program dan aktivitas kependidikan yang direncanakan.
7. Konteks
social atau elemen-elemen lainnya yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan
pengajaran.
Model-Model Desain
Instruksional
Desain instruksional atau sering
anda sebut perencanaan pengajaran, telah lama mendapat perhatian dari pakar
pengajaran. Banyak pakar yang mengembangkan model-model desain instruksional
dengan pola-pola tertentu.
Secara umum, desain instruksional
dirancang sebenarnya untuk menjawab 3 pertanyaan pokok, yaitu: 1. Apa yang
dipelajari? (tujuan pembelajaran); 2. Apa/bagaimana prosedur dan sumber-sumber
belajar yang tepat untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan? (kegiatan
dan sumber) 3. Bagaimana mengetahui bahwa hasil belajar yang diharapkan
tercapai(evaluasi). Dalam dunia perencanaan pengajaran harus mengenal
model-model perencanaan yang dikembangkan oleh pakar misalnya: Tyler, Hilda,
Taba, Dick and Carey, dan Kempt. Adanya variasi model desain tersebut
disebabkan latar belakang pendekatan, prinsip, faktor sistem pendidikan yang
dianut dan kemudian dikembangkan oleh masing-masing pakar.
Adapun menurut Semi (1990:4-5) ada
tujuh model pengembangan perencanaan pembelajaran, yaitu: 1. Teaching Instructional Development Model(Hamreaus, 1968); 2. Michigan
State University Instructional Development Model(Barson:1978); 3. System Approach for Education (Corigon,
1966); 4. Project Minerva Instruction
System Design (Tracy: 1967); dan, 5. Benathy
Instructional System(Benathy, 1968); 6. Instructional Development System(IDI:
1967); dan 7. Model Kemp (Kemp,
1977).
Philip yang telah mengelompokkan
dan menyederhanakan model-model yang ada (sebagai alat); dan menganalisis macam
proyek instruksional yang akan dikembangkan, agar mudah memilih model yang akan di adaptasi (digunakan oleh
para pengembang instruksional), dia telah mengelompokkan taksonomi model
pengembangan instruksional dalam empat kelompok, yaitu: 1) berorientasi kelas,
2)berorientasi hasil, 3)berorientasi sistem, dan 4)berorientasi organisasi.
Setiap model tersebut berbeda dalam urutan, kelengkapan langkah, dan penggunaan
istilah; namun setiap model mengandung kegiatan yang dapat digolongkan dalam 3
kategori pokok yaitu: kegiatan penentuan
dan pengorganisasian pemecahannya, analisis sistem dan pengembangannya, serta
evaluasi pemecahan masalah. Berbagai model tersebut, cukup anda ketahui saja.
Selanjutnya yang perku anda pahami adalah model yang kita gunakan, yaitu model
PPSI (Program Pengembangan Sistem
Instruksional). Keputusan penggunaan PPSI deberlakukan sejak kurikulum 1975.
Menurut Dick & Carey (1985),
“System is technical a set of interrelated parts, all of which are working
together toward a define goal.” Dalam KBBI (2002) dinyatakan, “sistem adalah
perangkat unsure yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu
totalitas.” Secara teknik, suatu sistem ialah seperangkat bagian bagian yang
saling berkaitan, bekerja bekerja sama menunjukan tercapainya suatu tujuan.
Bagian-bagian sistem saling bergantung untuk masukan dan keluarannya, dan
keseluruhan sistem menggunakan balikan untuk menentukan apakah tujuan yang
diinginkan telah tercapai (Munandir, 1987).
Dan pengertian itu, tercakup 3 hal
:
a. Adanya
unsur (manusia, fasilitas, kegiatan) yang saling berhubungan antara satu dengan
yang lain;
b. Berfungsinya
ke semua unsure itu dalam kesatuan yang terorganisasikan dalam upaya menghasilkan
tujuan tertentu;
c. Berfungsi
komponen dalam organisasi itu sehingga membuahkan hasil yang dapat
diamati/dikendali.
Pendekatan sistem adalah suatu
proses yang dalam pelaksanaan ada langkah-langkah mengidetikasikan kebutuhan,
memilih problem, mengidentifikasi syarat-syarat pemecahan problem, memilih
pemecahan dari beberapa alternative, mencari dan menerapkan metode dan alat,
mengevaluasi hasil, dan melaksanakan revisi yang diperlukan terhadap seluruh
bagian dari sistem tersebut sedemikian rupa sehingga kebutuhan tersebut dapat
tercapai (Winkel, 1982). Hasil penggunaan pandangan sistem tentang pengajaran
ialah bahwa semua komponen di dalam prose itu mempunyai peranan yang penting. Komponen-komponen
itu semuanya harus berinteraksi secara efektif. Di dalam sistem tidak ada
penekanan yang berlebihan pada salah satu komponen. (Munandir, 1987).
Kegiatan pokok yang dilakukan dalam
pengembangan desian pengajaran meliputi hal sebagai berikut:
a. Menentukan
hasil belajar dalam arti prestasi siswa yang bisa diamati dan diukur.
b. Mengindetifikasi
karakteristik siswa yang akan belajar.
c. Berdasarkan
nomor a dan b tersebut, memilih dan menyelenggarakan kegiatan belajar dan
mengajar bagi siswa.
d. Menentukan
media untuk kegiatan tersebut.
e. Menentukan
situasi dan kondisi dengan cara mengamati siswa yang telah dianggap cukup.
f. Menentukan
kriteria untuk menentukan seberapa prestasi siswa telah dianggap cukup.
g. Memilih
metode yang tepat untuk menilai kemampuan siswa untuk mendemonstrasikan tingkah
laku seperti tersebut pada angka a.
h. Menentukan
metode untuk memonitor respon siswa sewaktu berada dalam proses pengajar dan
sewaktu dievaluasi.
i.
Mengadakan perbaikan
yang diperlukan dalam kegiatan belajar-mengajar bila ternyata respon siswa
tidak sesuai dengan hasil yang telah ditentukan.
Kesembilan langkah dasar tersebut
menggambarkan prosedur yang digunakan untuk merancang pengajaran. Perangkat
prosedur ini dinamakan ancangan sistem karena tersusun atas komponen-komponen
yang saling berinteraksi, masing-masing memiliki masukan dan keluarannya, dan
secara bersama-sama membuahkan hasil yang ditetapkan sebelumnya. Suatu sistem
juga mengumpulkan keterangan tentang keampuhan suatu proses pembelajaran
sehingga produk akhirnya dapat diubah sampai mencapai taraf mutu yang
diinginkannya. Pada waktu materi pengajaran untuk menjadikannya selektif dan
seefisien mungkin.
Penyusun perencanaan dalam model
PPSI dilakukan melalui beberapa langkah berikut:
a. Merumuskan
tujuan-tujuan khusus. Perumusan tujuan khusus itu berdasarkan pada pendalaman
dan analisis terhadap standart kompetensi dan kompetensi dasar/pokok-pokok
bahasan yang telah digariskan untuk mencapai tujuan instruksional.
b. Mengembangkan
alat penilaian yang memberikan petunjuk tentang prosedur penilaian yang akan
ditempuh, tentang tes awal dan tes akhir, jenis tes yang akan digunakan dan
tentang rumusan soal-soal tes sebagai bagian dari satuan pelajaran.
c. Menyusun
kegiatan belajar siswa merupakan petunjuk bagi guru untuk menetapkan
langkah-langkah kegiatan belajar siswa sesuatu dengan bahan pelajaran yang
harus dikuasai dan tujuan instruksional yang harus dicapai oleh para siswa.
d. Menyusun
program kegiatan, yang merupakan petunjuk bagi guru untuk merencanakan program
kegiatan bimbingan sehingga para siswa melakukan kegiatan sesuai dengan rumusan
tujuan. Dalam hubungan ini guru perlu merumuskan:
1. Merumuskan
materi pelajaran secara terperinci;
2. Memilih
metode-metode yang tepat;dan
3. Menyusun
jadwal secara terperinci.
e. Menyusun
pedoman pelaksanaan program merupakan petunjuk-petunjuk dari program yang telah
disusun. Petunjuk itu berkenaan dengan dimulainya pelaksaan tes awal
dilanjutkan dengan penyajian atau penyampaian materi pelajaran sampai pada
dilaksanakannya penilaian hasil belajar. Tentu saja petunjuk itu bersifat luwes
yang memungkinkan perubahan dan perbaikan serta peningkatan dari rencana
semula.
f. Menyusun
pedoman perbaikan atau revisi merupakan pengembangan program setelah selesai
dilaksanakan. Perbaikan dilakukan berdasarkan umpan balik yang diperoleh
berdasarkan hasil tes awal, proses sampai penilaian berakhir. Berikut bagan
yang menunjukan komponen-komponen dan alur dari model PPSI.
Bagan
Desai Instruksional Model PPSI
1. Perumusan
Tujuan:
a.
Menggunakan sistem
yang operasional;
b.
Berbentuk hasil
belajar;
c.
Bebentuk tingkah
laku;
d. Hanya
ada satu tingkah laku.
|
3. Kegiatan
Belajar:
a. Merumuskan
semua kemungkinan belajar untuk mencapai tujuan;
b. Menetapkan
kegiatan belajar yang akan ditempuh;
c. Menetapkan
kegiatan belajar yang tidak perlu ditempuh.
|
2.
Pengembangan Alat Evaluasi:.
a. Menentukan jenis tes yang akan digunakan
untuk mengetahui tercapai/tidaknya tujuan.
b. Menyusun tes untuk menilai setiap tujuan.
|
5.
Pelaksanaan:
a. Mengadakan tes awal;
b. Menyambpaikan materi;
c. Mengadakan tes akhir perbaikan.
|
4.
Pengembangan Program Kegiatan:
a.
Menentukan meteri pelajaran;
b.
Menetapkan metode yang dipakai;
c.
Memilih media dan sumber belajar;
d.
Menyusun jadwal.
|
4.
Pengembangan Program Kegiatan:
a.
Menentukan meteri pelajaran;
b.
Menetapkan metode yang dipakai;
c.
Memilih media dan sumber belajar;
d.
Menyusun jadwal.
|
Sangan membantu kami. terima kasih
BalasHapus